Sejauh yang saya ingat, saya menyayangi semua sahabat saya. Dan walaupun sahabat-sahabat saya adalah orang yang berbeda-beda selama masa sekolah, pada satu titik tertentu selalu ada satu (atau dua, atau kadang tiga) orang spesifik yang menyandang gelar BFF (best friend forever)—walaupun mungkin sewaktu sekolah dasar kata ‘forever’ terdengar terlalu lama.
Yah, seperti semua jenis hubungan, hubungan dengan sahabat kadang nggak berjalan dengan mulus. Karena yang namanya perempuan (di usia berapa pun), pasti pernah bersikap drama, plin-plan, judes, dan menyebalkan, yang mana bukan kombinasi yang ingin semua orang rasakan. Percayalah, naik-turunnya hubungan pertemanan di antara perempuan (baik dan buruk, upside dan downside) seakan-akan bisa membuat drama politik di Indonesia berada satu level di bawahnya.
Belum lagi kenyataan bahwa persahabatan perempuan itu gampang banget untuk meledak. Salah-salah kata sedikit bisa memicu perang dingin. Sampai saya pernah membaca lelucon yang bilang kalau seandainya seluruh negara-negara di dunia memiliki wanita sebagai pemimpinnya, ketika ada masalah, mungkin nggak akan pernah ada perang sebagai solusinya. Yang ada hanyalah negara-negara yang nggak berbicara satu sama lain.
Sementara kalau saya perhatikan, pertemanan laki-laki jauh lebih sederhana—dan saya merasa bahwa faktor kesederhanaan itu yang kadang nggak ada dalam pertemanan perempuan. Contohnya, kalau ada yang ditinggal pas makan siang, laki-laki mungkin akan mencari teman lain untuk makan siang atau menyusul tanpa banyak komplain. Tapi perempuan? Pasti ngomel dulu di awal, dengan nada kecewa, dan kemudian ngambek. Memang sih, kadang saya mengakui bahwa pada dasarnya perempuan itu memang memiliki bibit sebagai Ratu Drama.
Menurut saya, pertemanan itu pada dasarnya harus saling menguntungkan satu sama lain.. Menguntungkan bukan dalam konteks material, tapi lebih kepada dukungan secara emosional. Keterikatan yang membuat kita menjalani manis pahitnya dunia lebih ringan karena tahu ada yang menemani langkah kita ketika berjalan. Karena, apa yang lebih menyedihkan dari nggak memiliki teman untuk berbagi sedih dan bahagia?
Oleh karena itu, daripada menghabiskan energi dan waktu dalam pertemanan yang bersifat racun, lebih baik kita mengakhirnya—untuk kebaikan kita sendiri. Ini adalah beberapa jenis teman yang menurut saya nggak kita butuhkan dalam hidup—karena biasanya mengubah energi positif yang kita miliki menjadi energi negatif karena terus-menerus makan hati. Oh, berlaku untuk teman perempuan dan laki-laki.
1. Teman yang selalu membatalkan janji pada detik-detik terakhir (halooo, yang punya urusan penting itu bukan cuma elo....)
2. Teman yang selalu mengeluh tentang hubungan percintaannya tapi menolak untuk meninggalkan dan keluar dari hubungan tersebut (catatan: ini berlaku juga untuk pekerjaan).
3. Teman yang hanya menghubungi kalau bagi butuh (HA! Pasti banyak yang punya teman kayak gini).
4. Teman yang menghubungi hanya untuk menceritakan masalahnya kepada kita dan menyerap energi kita seperti vampir mengisap darah.
5. Teman yang kelihatannya senang ketika hal buruk terjadi pada kita (mungkin dia nggak akan segitu beraninya untuk memperlihatkan ekspresinya langsung di depan kita, tapi biasanya kita punya firasat, kan?)
6. Teman yang men-tag foto–foto memalukan kita di Facebook.
7. Teman yang merasa dirinya selalu benar (nggak pernah merasa berbuat salah, nggak pernah mengakui bahwa dirinya membuat kesalahan, nggak bisa meminta maaf, dan merasa bahwa dirinya—dan apa pun mengenai dirinya adalah sempurna? Tinggalin aja).
8. Teman yang menampilkan ekspresi terkejut atau jijik saat melihat kelakuan kita yang memalukan (heeeiii, setiap orang kan bisa memiliki saat-saat memalukan—dan berbuat kesalahan dalam hidup. Empati dikit gitu...).
9. Teman yang sangat kompetitif dan nggak mau kalah dalam hal apa pun (nggak bisa membiarkan kita bercerita tentang apa pun, tanpa dibalas dengan cerita tentang dirinya yang lebih segalanya dari kita).
10. Teman dengan aura negatif yang hanya melihat semua hal di dunia ini dari keburukannya (eh capek lho punya teman kayak gini, kalau nggak pintar-pintar, kita akan terseret kenegatifannya dan terjebak percaya bahwa ada konspirasi yang membuat hidup kita merana).
Ada yang mau menambahkan daftarnya?
Terakhir, sebelum menilai orang lain, mungkin sebaiknya kita juga butuh waktu merenung untuk berkaca kepada diri sendiri: jangan sampai kita juga menjadi salah satu jenis teman seperti yang ada di dalam daftar di atas.
Oleh: Nina Ardianti
0 komentar:
Posting Komentar